Tradisi Turun Sampan, Masyarakat Kampung Madong Gelar Syukuran
Masyarakat Kampung Madong memiliki tradisi setiap memulai usaha dengan menurunkan perahu baru untuk melaut dan melaksanakan doa syukuran memohon keselamatan serta limpahan rejeki dari Allah SWT. Tradisi ini terus dilestarikan oleh masyarakat Madong sejak nenek moyang.
Dalam kegiatan doa syukuran selamatan perahu baru ini dipimpin oleh Ustadz Nizal.
Usai pembacaan doa selamat dilanjutkan dengan tradisi makan bersama atau menjamu para tamu, teman, sahabat, para tetangganya dan semua undangan yang hadir untuk makan bersama dengan hidangan lauk ikan dan telur goreng sambal, pulut kuning, aru-aru, dan makanan penutup pisang serta jemput-jemput kue bawang.
Aru-aru terbuat dari keledek yang di potong dadu, dimasak dengan santan dan rencah bilis. Sedangkan jemput-jemput kue bawang terbuat dari kelapa yang di masak bersama tepung gandum, ujar Mak Ju salah satu warga Kampung Madong.
Ciri khas makanan yang wajib dihidangkan saat acara penurunan sampan ini adalah pulut kuning dan aru-aru. Kemudian, untuk hidangan selebihnya itu mengikuti keinginan dari sang pemilik hajat.
Setelah acara makan bersama, Ustadz menyirami sampan dengan air tolak bala yang sudah didoakan saat syukuran. Kemudian sampan diluncurkan ke laut dengan dialasi daun kelapa agar sampan tidak terkena gesekan semen tanggul atau batu miring pemisah pantai dengan daratan. Sampan kemudian dikayuh mengelilingi pelantar Kampung Madong.
Walaupun sederhana namun kegiatan ini memiliki makna persatuan dan mempererat tali silahturahmi serta persaudaraan antara sesama umat muslim, sehingga membawa rasa kebahagiaan bagi seluruh tamu undangan yang menghadirinya.
Penulis : KKN Madong