Arti Kerbau Bagi Orang Toraja

Keseharian masyarakat di Lion Tondok Iring, Kecamatan Makale Utara, tidak bisa dipisahkan dengan hewan ternak. Tidak hanya di Kelurahan Lion Tondok Iring ini saja namun diseluruh Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tenak kerbau ini berlangsung hingga sekarang. Bahkan, sebelum uang dijadikan alat penukaran transaksi modern, hewan bertanduk ini sudah kerap ditukar dengan benda lain. Hewan bertubuh besar ini juga melambangkan kesejahteraan sekaligus menandakan tingkat kekayaan dan status sosial pemiliknya di mata masyarakat.

Kerbau tidak lepas dari aktivitas adat masyarakat, khususnya saat upacara Rambu Solo’ atau pesta kematian. Jika keluarga bangsawan, jumlah kerbau yang dikorbankan bisa mencapai puluhan sampai ratusan ekor. Upacara ini dianut oleh masyarakat Toraja yang masih menjalankan kepercayaan Aluk Todolo.

Namun, tak semua jenis kerbau bisa diikutsertakan dalam upacara rambu solo’. Setidaknya kerbau dengan ciri khas belang, yakni warna kulitnya didominasi putih dan hitam saja yang bisa disembelih.

Ada 10 jenis kerbau belang yang biasa dilibatkan masyarakat untuk dijadikan hewan persembahan. Kerbau ini pun terbagi kastanya, dari terendah sampai tertinggi. Misalnya untuk kasta terendah adalah tedong bulan atau kerbau albino dan tedong sambao yang berciri dominan putih ditambah sedikit bercak kelabu di tubuhnya. Selanjutnya adalah tedong tekken langi’ atau tongkat langit yaitu kerbau yang tanduknya seolah menusuk ke langit di mana tanduk kiri menjulang ke atas dan tanduk kanan justru mengarah ke bawah.

Lalu ada lagi, tedong sokko atau kerbau dengan tanduk mengarah ke bawah, hampir bertemu di bawah lehernya. Tedong balian lebih unik lagi, karena tanduk di kiri dan kanan memanjang hingga berukuran 2 meter. Ada kerbau bertubuh kekar dan kokoh, biasa dipakai untuk bertarung. Kasta atas kerbau belang yaitu lotong bako’, tedong bonga, dan tedong saleko. Ketiga jenis mempunyai ciri yang hampir sama, yakni dominan putih dan ada corak hitam di kepala, perut, atau pundak dan sebagian kaki. Harganya di kalangan peternak bisa mencapai Rp. 400 juta – Rp. 500 juta per ekornya.

Loading