Hadir Dalam Rambu Solo, Upacara Kematian Masyarakat Tana Toraja
Hadir dalam upacara rambu solo adalah sebuah pengalaman yang sulit di lupakan. Karena tidak semua orang yang pergi ke Tana Toraja dapat menyaksikan upacara ini. Kesempatan yang diberikan oleh teman satu posko kami tentunya tidak akan kami sia-sia kan. Dia dan keluarga nya mengajak kami peserta KKN Nusantara untuk ikut dalam upacara Rambu Solo salah satu keluarga mereka.
Rambu Solo adalah upacara pemakaman adat Toraja, Sulawesi Selatan sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal.
Rambu Solo juga bertujuan untuk mengantarkan arwah seseorang yang telah meninggal ke alam roh. Masyarakat Toraja menganggap orang yang sudah meninggal telah benar-benar meninggal jika seluruh kebutuhan prosesi upacara Rambu Solo terpenuhi.
Jika belum, maka orang meninggal tersebut akan diperlakukan layaknya orang sakit, sehingga harus disediakan makanan, minuman, dan dibaringkan di tempat tidur
Upacara ini memakan biaya yang tidak sedikit maka upacara dilakukan beberapa bulan atau beberapa tahun, bahkan bertahun setelah seseorang meninggal.
Besarnya biaya upacara Rambu Solo karena upacara ini membutuhkan penyembelihan kerbau atau babi yang jumlahnya tidak sedikit dan lamanya prosesi upacara.
Prosesi upacara pemakaman Rambu Solo dibagi dua,yaitu: Prosesi pemakaman atau Rante Pertunjukkan kesenian Kedua prosesi tersebut tidak dilaksanakan terpisah melainkan berlangsung secara harmoni dalam satu kegiatan upacara pemakaman. Lama upacara Rambu Solo sekitar tiga sampai tujuh hari. Upacara Rambu Solo dilakukan berdasarkan status ekonomi orang yang meninggal.
Upacara Dasili’ adalah upacara pemakaman yang dilakukan untuk strata paling rendah atau kematian anak yang belum bergigi.
Upacara Dipasangbongi adalah upacara yang dilakukan untuk rakyat biasa dan hanya memerlukan waktu satu malam saja.
Upacara Dibatang adalah upacara yang dilakukan untuk kalangan bengsawan menengah. Upacara ini harus menyembelih 8 ekor kerbau dan 50 ekor babi.
Upacara Rampasan adalah upacara untuk bangsawan tinggi dengan menyembelih kerbau sebanyak 24 sampai 100 ekor.
Prosesi pemakaman atau Rante dilakukan di lapangan yang terletak di tengah kompleks rumah adat Tongkanan. Proses Rante terdiri dari:
Ma’tudan Mebalun, yaitu proses dimana jenazah dibungkus menggunakan kain kafan (Dibalun) yang dilakukan oleh petugas yang disebut To Mebalun atau To Ma’kaya.
Ma’Rato, yaitu proses pembubuhan atau menghias peti jenazah dengan menggunakan benang emas dan benang perak.
Ma’Papengkalo Alang, yaitu proses penurunan jenazah ke dalam lumbung untuk disemayangkan.
Ma’Palao atau Ma’Pasonglo, yaitu proses pengantaran jenazah dari area rumah Tongkanan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian. Masyarakat Toraja mempunyai prinsib dimana semakin tinggi jenazah itu diletakkan maka semakin cepat rohnya menuju nirwana.