Tana Toraja berbenang budaya: Mahasiswa KKN Menyelami Kerajinan Tenun Khas Toraja.
Mahasiswi STAIN Sultan Abdurrahman, Mifahul Zannati mendapatkan kesempatan untuk dapat belajar menenun kain Tradisional Khas Tana Toraja. Bersama Tante Tabita dengan merek produknya yaitu Tenun Masokan Toraja yang artinya “tenun yang bagus”. Kain tenun disini disebut juga dengan Kain Sarita dengan corak dan ragam yang sangat banyak. Kain ini sangat sakral yang dimiliki masyarakat Toraja. Ciri khas kain tenun Toraja dapat dikenali dari motif, tekstur, dan warnanya yang beragam.
Umumnya, motif kain tenun khas Toraja adalah bunga, burung, dan garis-garis vertical. Selain itu, masih terdapat beberapa motif kain tenun yang penuh dengan makna Kain Tenun ini juga bisa digunakan sebagai sarung.
Sarung Tenun Toraja ditenun dengan menggunakan teknik tenun pakan, yaitu teknik menenun menggunakan alat tenun tradisional yang terbuat dari kayu dan benang yang dipintal dengan tangan. Setiap motif menggambarkan makna tersendiri yang dipakai sesuai dengan fungsi dan tujuan, baik itu upacara pernikahan atau upacara kematian.
Salah satu motif kain disini yaitu Motif Pa’sekong Kandaure pada tenun ikat. Pa’sekong Kandaure yang berarti lengkung yang membentuk garis siku dan digunakan oleh wanita saat memakai pakaian adat. Motif Pa’bannang yang motifnya berupa garis-garis pada seluruh bagian kain dengan warna yang berbeda. Tenun Pa’bannang motif garisnya hanya terletak pada bagian pinggir kain yang mengandung makna cukup dalam, yakni nilai sopan santun, saling berjalan sepadan, menghargai satu sama lain dan kehidupan Toraja.
Tante Tabita juga menjelaskan tentang warna pada setiap kain tenun yang tidak sembarang warna bisa dipakai. Seperti warna hitam yang berarti untuk upacara adat kematian dan warna merah untuk upacara adat pernikahan.
Hingga kini, kain khas Toraja merupakan salah satu kerajinan tangan yang keberadaannya terus dilestarikan dan dikembangkan.